Pacitan (Paradise of Java)- Perayaan Hari Jadi Kabupaten Pacitan diwarnai
keunikan. Ribuan warga yang menyemut di Alun-alun berebut minum Rucuh Pace.
Minuman berbahan sari buah mengkudu tersebut menjadi menu penutup rangkaian
ritual dan pawai menandai ulang tahun Kota 1001 Gua, Rabu (19/2/2014).
Sejak pagi, masyarakat tampak antusias menyaksikan atraksi budaya tersebut.
Dimulai dengan pemberangkatan iring-iringan pawai dari Desa Nanggungan dan
Sukoharjo. Kedua tempat itu merupakan petilasan sesepuh Pacitan.
Iring-iringan yang terdiri pasukan berkuda, konvoi sepeda kuno, dan warga yang
berangkat dari dua titik berbeda akhirnya bertemu di Perempatan Penceng. Di
tempat itu sudah menunggu Bupati Indartato bersama unsur pimpinan daerah lain
lengkap dengan pakaian khas Jawa.
Selanjutnya, iring-iringan berjalan perlahan menuju Pendopo Kabupaten dengan
menyusuri Jalan Ahmad Yani, Imam Bonjol dan berakhir di Jalan JA Suprapto.
Setelah beristirahat beberapa menit sambil menikmati sajian Tari Gambyong,
bupati bersama unsur pimpinan daerah dan muspida lantas menuju alun-alun.
Klimaks perhelatan berakhir di alun-alun. Beragam tarian khas Pacitan disajikan
untuk undangan maupun warga yang sejak pagi berkutat dengan rintik hujan.
Diantara tarian kolosal yang disuguhkan: Tari Tumenggung Pace dan Klonthong
Jengglur. Kedua tarian ini melibatkan ratusan siswa dari Kecamatan Ngadirojo.
"Rasa syukur harus melandasi tiap tindakan. Mari satukan tekad untuk terus
bersama membangun Pacitan menuju terciptanya masyarakat sejahtera," ucap
Bupati Indartato dalam Bahasa Jawa Kromo Inggil saat memberikan sambutan.
Tak berselang lama, orang nomor satu di Pacitan itu mengakhiri sambutan.
Disusul kehadiran gunungan pace di tengah-tengah masa. Benda berbentuk kerucut
dan terdiri dari deretan buah mengkudu yang ditata sedemikian rupa pun
diperebutkan warga.
Usai berebut, mereka lantas menikmati nasi dibungkus daun jati dan diikat
dengan janur. Sebagai penutup, bupati bersama warga meminum rucuh pace.
Sedikitnya ada 5 gentong berisi rucuh yang disediakan di tengah alun-alun.
Namun hanya dalam hitungan menit, hidangan khas itu ludes.
"Seru mas. Asyik bisa ikut berebut dan minum rucuh pace," kata
Suhartatik, ibu rumah tangga mengikuti rangkaian acara sejak awal.
Untuk diketahui, buah mengkudu diyakini memiliki kedekatan sejarah dengan
Kabupaten Pacitan. Sebagian riwayat menyebut kata Pacitan berasal dari Pace
yang berarti mengkudu.
Versi lain menyebut, saat seorang panglima perang Kerajaan Mataram terdesak
oleh musuh dan kelelahan, seseorang memberinya sari buah pace. Seketika sang
panglima pulih dan sehat. Sejak saat itulah, daerah di ujung barat daya
Provinsi Jawa Timur ini disebut Pacitan. (Adi Nugraha/JU04)
Sumber: Jatim Update
Tidak ada komentar:
Posting Komentar