Pacitan- Belasan resort, cottage, bungalow dan penginapan menghiasi
sepanjang pantai Watukarung Pacitan. Bangunan-bangunan
itu umumnya berarsitektur Jawa. Atap limas menjadi ciri paling mencolok.
Namun siapa sangka, resor-resor itu ternyata semuanya milik
warga asing. Penginapan milik warga asing muncul satu persatu sejak 2010 lalu.
Hanya dalam waktu tiga tahun, pantai dan tanah-tanah di sekitarnya sekarang ini
dikuasai warga asing.
Kedatangan turis asing ke wilayah tersebut sempat membuat
risih warga Desa Watukarung. Terutama saat melihat perempuan bule yang hanya
mengenakan bikini. Perempuan dengan aurat terbuka itu berseliweran di kawasan
sepanjang pantai. Sebagian lagi memang sengaja memanaskan aurat pada terik
matahari.
Bagi warga Desa Watukarung yang memegang teguh nilai agama
dan adat istiadat ketimuran, aurat sangat tabu untuk dilihat, apalagi
memamerkannya. Namun setelah berlangsung sekitar tiga tahun, warga mulai mulai
menganggap cewek bule berjemur di pantai sebagai pemandangan biasa.
“Maklum mas, orang desa melihat pemandangan bikini seperti
itu ya kaget. Tapi sekarang sudah terbiasa melihat bule pakai bikini,” ungkap
Slamet (45) warga setempat kepada Surya.
Para bule perempuan berjemur biasa ditemui dari pagi hari
atau sore hari. Pasir putih yang mengitari Pantai Watu Karung menjadi
magnet bagi para turis asing untuk menikmatinya.
Pemandangan Pantai Watu Karung,
disebut-sebut tak kalah dengan Pantai Kuta di Bali. Slamet menjelaskan, pihak
yang sempat protes soal pakaian bikini para turis kebanyakan para ibu. Mereka
risih melihat ada perempuan asing yang dengan bebasnya mengumbar auratnya di
pantai.
“Kalau bapak-bapak kayaknya tidak ada yang protes, yang
protes malah ibu-ibu. Tapi gimana lagi budaya para bule kan begitu,” ujarnya.
Hingga kini tidak pernah muncul protes terbuka. Apalagi
menggelar demontrasi. Meski begitu, Kades Watukarung Wiwid Peni Dwiantari
mengaku tetap mengantisipasi keadaan.
Ia dan perangkat desanya rajin mengingatkan pengelola hotel
dan penginapan supaya memberikan pengertian seputar istiadat warga kepada pada
turis-turis asing yang menginap. Paling tidak pengelola memberi tahu, agar para
turis tidak berbikini saat jalan dari penginapan menuju pantai.
Begitu juga saat berjemur, mereka diimbau juga membawa kain
tambahan untuk penutup aurat. Berbikini penuh dipersilakan saat berada di air.
Anjuran itu cukup didengar pengelola penginapan.
Tapi tetap saja ada turis yang tidak menghiraukan. Mereka
dengan tenangnya berbikini mendampingi teman prianya dari cottage ke pantai
untuk berselancar.
Sumber: TribunNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar