Pacitan- Belasan rumah di beberapa titik lokasi di Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur dilaporkan rusak parah akibat diterjang tanah longsor yang melanda
kawasan tersebut secara sporadis, sepekan terakhir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Kamis, merilis data
kerusakan rumah penduduk maupun areal persawahan dan infrastruktur akibat
bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut.
Dalam laporan itu disebutkan, banjir merendam puluhan rumah penduduk di Desa
Hadiwarno dan Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo.
Sementara longsor terjadi seporadis di puluhan titik lokasi di enam kecamatan,
yakni Kecamatan Pacitan, Nawangan, Tegalombo, Sudimoro, Tulakan, serta
Pringkuku.
"Selain merusak pemukiman, banjir juga merendam seratusan hektare sawah," jelas Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Pudjono.
Tidak ada korban jiwa dalam serangkaian insiden bencana alam tersebut, namun
kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.
Menyikapi kondisi cuaca yang masih berpotensi menyebabkan hujan, Pudjono
berharap kepada masyarakat untuk menjaga kewaspadaan.
"Yang penting selalu menjaga kewaspadaan dan mengenali tanda-tanda
alam," imbaunya.
Salah seorang keluarga korban banjir di Kecamatan Ngadirojo, Jariyah, bersaksi
banjir setiggi pinggang orang dewasa yang melanda perkampungannya diakibatkan
luapan air sungai yang mengalir di desanya.
Lonjakan debit air seketika meluber ke pemukiman penduduk lantaran di sepanjang
aliran sungai tidak dibangun tangkis penahan banjir.
Akibatnya, air bah merendam puluhan rumah penduduk hingga ketinggian hampir
satu meter lebih.
Beruntung air cepat surut sehingga dampak kerusakan tidak semakin parah.
"Warga khawatir terjadi banjir susulan lagi, karena di sini (sungai) tidak
ada tanggul," cetusnya.
Selain merendam pemukiman, luapan Sungai Lorok juga merendam hektaran lahan
pertanian.
Para petani hanya bisa pasrah menghadapi kondisi alam tersebut. Mereka berharap
agar rendaman banjir di persawahan segera surut sebagaimana di perkampungan.
Jika tidak, tanaman padi yang baru beberapa minggu ditanam terancam mati.
Hasanudin, petani di Desa Pagerejo, Kecamatan Ngadirojo menuturkan, tanaman
padi miliknya telah terendam selama empat hari.
Namun setelah sempat surut, tanaman kembali tergenang. Padahal, ia telah
melakukan penanaman ulang.
"Ternyata banjir kali ini lebih besar dibanding sebelumnya. Kami hanya
bisa pasrah, ini sudah kedua kalinya terjadi dalam setahun terakhir,"
ucapnya.
Sejumlah petani meyakini luapan banjir di areal persawahan disebabkan karena
saluran irigasi tak mampu menampung air.
Terlebih saluran irigasi yang belum permanen itu letaknya hampir sejajar dengan
sawah, sehingga ketika debit naik, air meluber.
Sumber: AsatuNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar