Selamat Datang di EXPOSE PACITAN dan Perbaharui Informasi Terbaru Untuk Anda di Sini, Terima Kasih Telah Berkunjung Semoga Bermanfaat

Jumat, 27 Desember 2013

Belasan Rumah di Pacitan Rusak Parah Tertimpa Longsor

Pacitan- Belasan rumah di beberapa titik lokasi di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dilaporkan rusak parah akibat diterjang tanah longsor yang melanda kawasan tersebut secara sporadis, sepekan terakhir.


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Kamis, merilis data kerusakan rumah penduduk maupun areal persawahan dan infrastruktur akibat bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut.

Dalam laporan itu disebutkan, banjir merendam puluhan rumah penduduk di Desa Hadiwarno dan Hadiluwih, Kecamatan Ngadirojo.

Sementara longsor terjadi seporadis di puluhan titik lokasi di enam kecamatan, yakni Kecamatan Pacitan, Nawangan, Tegalombo, Sudimoro, Tulakan, serta Pringkuku.


"Selain merusak pemukiman, banjir juga merendam seratusan hektare sawah," jelas Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Pudjono.

Tidak ada korban jiwa dalam serangkaian insiden bencana alam tersebut, namun kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Menyikapi kondisi cuaca yang masih berpotensi menyebabkan hujan, Pudjono berharap kepada masyarakat untuk menjaga kewaspadaan.

"Yang penting selalu menjaga kewaspadaan dan mengenali tanda-tanda alam," imbaunya.

Salah seorang keluarga korban banjir di Kecamatan Ngadirojo, Jariyah, bersaksi banjir setiggi pinggang orang dewasa yang melanda perkampungannya diakibatkan luapan air sungai yang mengalir di desanya.

Lonjakan debit air seketika meluber ke pemukiman penduduk lantaran di sepanjang aliran sungai tidak dibangun tangkis penahan banjir.

Akibatnya, air bah merendam puluhan rumah penduduk hingga ketinggian hampir satu meter lebih.

Beruntung air cepat surut sehingga dampak kerusakan tidak semakin parah. "Warga khawatir terjadi banjir susulan lagi, karena di sini (sungai) tidak ada tanggul," cetusnya.

Selain merendam pemukiman, luapan Sungai Lorok juga merendam hektaran lahan pertanian.

Para petani hanya bisa pasrah menghadapi kondisi alam tersebut. Mereka berharap agar rendaman banjir di persawahan segera surut sebagaimana di perkampungan. Jika tidak, tanaman padi yang baru beberapa minggu ditanam terancam mati.

Hasanudin, petani di Desa Pagerejo, Kecamatan Ngadirojo menuturkan, tanaman padi miliknya telah terendam selama empat hari.

Namun setelah sempat surut, tanaman kembali tergenang. Padahal, ia telah melakukan penanaman ulang.

"Ternyata banjir kali ini lebih besar dibanding sebelumnya. Kami hanya bisa pasrah, ini sudah kedua kalinya terjadi dalam setahun terakhir," ucapnya.

Sejumlah petani meyakini luapan banjir di areal persawahan disebabkan karena saluran irigasi tak mampu menampung air.

Terlebih saluran irigasi yang belum permanen itu letaknya hampir sejajar dengan sawah, sehingga ketika debit naik, air meluber.


Sumber: AsatuNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar