PONOROGO - Dampak bencana alam tanah retak dan
ambles yang terjadi di Desa Wates dan Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung,
Kabupaten Ponorogo, tidak hanya menghancurkan puluhan rumah warga di kedua desa
itu. Akan tetapi, kini sudah meluas hingga menyebabkan tanah retak dan ambles
di jalur utama Ponorogo - Pacitan di Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung.
Padahal, jalan menuju kampung Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) itu, baru selesai diperbaiki sekitar 2 tahun lalu. Akan tetapi,
kini sudah retak-retak sepanjang 25 meter dan 30 meter serta kedalaman ambles
mencapai sekitar 5 sampai 10 sentimeter yang terletak di Dusun Krajan dan Dusun
Dawung, Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung.
Dampaknya, jalan terkesan hendak putus di bagian tengah
jalan ambles itu. Sebelumnya, 2 tahun lalu jalan itu diperbaiki karena bencana
alam tanah retak dan ambles. Namun kini, terulang kembali dan mengancam para
pengguna jalan yang melintasi jalur cepat itu.
Salah seorang warga Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Daimin
(56) mengatakan hampir setiap hari dirinya melihat ada pengendara motor yang
jatuh karena terjebak di jalan retak dan ambles di dekat rumahnya itu.
Menurutnya, kondisi jalan antar kabupaten itu, sudah lebar dan lurus serta
dalam kondisi baik usai diperbaiki 2 tahun lalu.
Oleh karenanya, memicu para pengguna jalan melajukan
kendaraannya dengan kecepatan tinggi (ngebut). Namun, karena jalan retak dan
ambles semakin banyak korban berjatuhan terpeleset jalan rusak itu.
"Jalan ini dua tahun lalu ambles dan sekarang ambles lagi. Ada dua titik
yang ambles yakni di Dusun Dawung dan Dusun Krajan. Akibatnya, setiap hari
banyak pengguna jalan dari arah Pacitan yang terjebak jalan retak dan ambles. Jalan
dan plengsengan ini baru diperbaiki 2 tahun lalu, tetapi sejak ada kejadian
rumah warga di Desa Wates retak dan ambles jalan ikut retak dan ambles,"
terangnya kepada Surya, Kamis (30/1/2014).
Sedangkan Kepala Desa Tugurejo, Siswanto mengungkapkan untuk
jalan retak dan ambles di Dusun Krajan, Kamis (30/1/2014) mulai diperbaiki
dengan cara ditumpuki aspal baru. Menurutnya, jika perbaikannya hanya tambal
aspal dan bukan dilaksanakan pembongkaran pada kondisi jalan yang retak dan
ambles itu, maka perbaikan itu akan berjalan sia-sia dan tak akan bertahan
lama. Pasalnya, jalan yang retak dan ambles itu mulai dari bawah tanah di bawah
dasar batu dibawa aspal jalan itu.
"Kalau perbaikannya hanya ditambah aspal, sementara
plengsengnya sudah retak dan hendak jebol karena terdesak tanah dari dalam
bawah badan jalan dibiarkan. Maka perbaikan hanya bersifat sementara.
Seharusnya, dikeruk baru aspal lagi," katanya.
Sementara Kasi Jalan Propinsi, Dinas Pekerjaan Umum dan Bina
Marga, Jawa Timur UPT Madiun, Marijatul Kittijah dikonfirmasi menegaskan jika
mulai hari ini (Kamis) jalan retak dan ambles sudah mulai diperbaiki sejumlah
petugas di lapangan. Perbaikan itu, dimulai dari lokasi jalan di KM 222-223
sepanjang sekitar 20 meter.
"Amblesnya jalan yang baru dibangun 2 tahun lalu itu
karena struktur tanah memang tidak kuat menahan air. Karena itu, gundukan tanah
yang dibahu jalan akan dibuang agar air cepat mengalir saat hujan sekaligus
agar tidak membebani badan dan bahu jalan," katanya.
Sedangkan dalam pantuan Surya di lapangan, perbaikan jalan
tersebut gundukan jalan tidak dikeruk. Akan tetapi, langsung dipasang batu
material jenis koral dan ditumpuki aspal. Kondisi perbaikan seperti ini hasil
kekuatannya meragukan. Dipastikan jika turun hujan akan retak dan ambles lagi.
"Memang tidak jadi dikeruk karena saat dipadatkan tidak
ada getaran di lokasi jalan retak dan ambles. Bagi kami perbaikan itu merupakan
penanganan pertama sambil mengevaluasi penyebabnya sekalian akan
diperbaiki plengsengannya," pungkas perempuan yang akrab dipanggil Ketty
ini.
Sumber: TribunNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar