Pacitan-Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mulai lirak-lirik
sumber energi alternatif rumah tangga. Rencana itu digulirkan pasca kenaikan
harga gas LPG ukuran 12 kilogram di awal tahun 2014 lalu. "Kita berencana
mengoptimalkan pemanfaatan biogas," kata Kepala Dinas Pertambangan Dan
Energi (Distamben) Pacitan Sar Setyo Utomo, Senin (20/1).
Menurut dia, pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi energi gas dapat menjadi
solusi apabila harga gas LPG kembali melonjak dan tidak mampu dijangkau
masyarakat. Meski saat ini disejumlah wilayah sudah ada warga yang
memanfaatkannya, tetapi dari evaluasi dinas terkait, hasilnya kurang maksimal
karena berbagai hal. Salah satunya kerusakan pada perangkat digester biogas.
Yakni alat yang berfungsi merubah kotoran ternak menjadi biogas.
Sejumlah wilayah yang beberapa warganya telah memanfaatkan energi hasil
rekayasa kotoran ternak itu diantaranya Kecamatan Bandar, Ngadirojo, dan
Pringkuku. Dengan rencana optimalisasi peralatan biogester diharapkan
penggunaan energi alternatif biogas akan lebih memasyarakat. Sebab, selain
murah, biogas juga ramah lingkungan.
Namun demikian jumlah anggaran yang harus disiapkan juga tidak sedikit. Sebagai
gambaran, harga satu unit peralatan mencapai puluhan juta rupiah. “Setiap unit
peralatan membutuhkan dana antara Rp 25 juta sampai Rp 50 juta,” ucap Sar.
Sejumlah warga di Kecamatan Pringkuku yang telah menggunakan biogas untuk
keperluan sehari-hari mendukung langkah tersebut. Pertimbangannya karena lebih
ekonomis. “Lebih murah dari harga gas LPG,” ucap salah satu warga Dusun Tempel
Lor, Desa Glinggangan, Tukiyem.
Wanita paruh baya itu mengatakan dalam sekali proses pengolahan, biogas dapat
di gunakan selama satu bulan lebih. Lebih hemat dibanding menggunakan gas LPG.
Karena dalam waktu yang sama, jika menggunakan gas lansiran PT. Pertamina
ukuran tiga kilogram menghabiskan hingga empat tabung. “Yang jelas dapat
menghemat biaya hidup. Dan gas yang dihasilkan tidak mempengaruhi aroma
masakan,” kata dia.
Cara pembuatan bio gas sendiri cukup mudah. Limbah kotoran sapi yang telah
terkumpul kemudian dimasukan ke dalam septiktank. Setelah melalui digester,
kotoran akan berubah menjadi gas dan kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga
menggunakan pipa. Hanya saja untuk menyalakan kompor, pengguna harus menggunakan
korek api sebagai pemantik.
Sumber: Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar