Selamat Datang di EXPOSE PACITAN dan Perbaharui Informasi Terbaru Untuk Anda di Sini, Terima Kasih Telah Berkunjung Semoga Bermanfaat

Selasa, 21 Januari 2014

Pemerintah Kabupaten Pacitan Lirik Sumber Energi Alternatif Rumah Tangga

Pacitan-Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mulai lirak-lirik sumber energi alternatif rumah tangga. Rencana itu digulirkan pasca kenaikan harga gas LPG ukuran 12 kilogram di awal tahun 2014 lalu. "Kita berencana mengoptimalkan pemanfaatan biogas," kata Kepala Dinas Pertambangan Dan Energi (Distamben) Pacitan Sar Setyo Utomo, Senin (20/1). 

Menurut dia, pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi energi gas dapat menjadi solusi apabila harga gas LPG kembali melonjak dan tidak mampu dijangkau masyarakat. Meski saat ini disejumlah wilayah sudah ada warga yang memanfaatkannya, tetapi dari evaluasi dinas terkait, hasilnya kurang maksimal karena berbagai hal. Salah satunya kerusakan pada perangkat digester biogas. Yakni alat yang berfungsi merubah kotoran ternak menjadi biogas.

Sejumlah wilayah yang beberapa warganya telah memanfaatkan energi hasil rekayasa kotoran ternak itu diantaranya Kecamatan Bandar, Ngadirojo, dan Pringkuku. Dengan rencana optimalisasi peralatan biogester diharapkan penggunaan energi alternatif biogas akan lebih memasyarakat. Sebab, selain murah, biogas juga ramah lingkungan.

Namun demikian jumlah anggaran yang harus disiapkan juga tidak sedikit. Sebagai gambaran, harga satu unit peralatan mencapai puluhan juta rupiah. “Setiap unit peralatan membutuhkan dana antara Rp 25 juta sampai Rp 50 juta,” ucap Sar.

Sejumlah warga di Kecamatan Pringkuku yang telah menggunakan biogas untuk keperluan sehari-hari mendukung langkah tersebut. Pertimbangannya karena lebih ekonomis. “Lebih murah dari harga gas LPG,” ucap salah satu warga Dusun Tempel Lor, Desa Glinggangan, Tukiyem.

Wanita paruh baya itu mengatakan dalam sekali proses pengolahan, biogas dapat di gunakan selama satu bulan lebih. Lebih hemat dibanding menggunakan gas LPG. Karena dalam waktu yang sama, jika menggunakan gas lansiran PT. Pertamina ukuran tiga kilogram menghabiskan hingga empat tabung. “Yang jelas dapat menghemat biaya hidup. Dan gas yang dihasilkan tidak mempengaruhi aroma masakan,” kata dia.

Cara pembuatan bio gas sendiri cukup mudah. Limbah kotoran sapi yang telah terkumpul kemudian dimasukan ke dalam septiktank. Setelah melalui digester, kotoran akan berubah menjadi gas dan kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga menggunakan pipa. Hanya saja untuk menyalakan kompor, pengguna harus menggunakan korek api sebagai pemantik.

Sumber: Jurnas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar