Sidoarjo - Perampasan motor dengan modus kepruk kepala
masih menjadi momok warga Sidoarjo. Tindakan tegas aparat kepolisian pun tak
mampu membuat para penjahat jera. Kali ini korbannya mantan Dandim Pacitan,
Letkol (Purn) Soeharto (68) asal Sekardangan, Sidoarjo.
“Bapak dikepruk penjahat pada Senin (30/9/2013) pagi usai
mengantar sekolah keponakan saya,” ungkap Elly Susanti, putri sulung korban di
ICU RSD Sidoarjo, Rabu (2/10/2013).
Menurut Elly, peristiwa itu terjadi di kawasan pergudangan
Benteng Tunggal, yang masuk kawasan Desa Bohar, Kecamatan Taman. Tidak ada yang
tahu persis bagaimana peristiwanya. Namun diduga kuat, pelakunya adalah
penjahat dengan modus kepruk kepala.
“Yang tahu adalah seorang warga yang sedang lewat. Orang itu
melihat bapak sudah dalam posisi tergeletak pingsan. Motornya Honda Beat putih
W 6876 YM dan dompet bapak sudah raib,” terangnya.
Untung saja, lanjut Elly, penjahat tak menjarah ponsel di
kantong celana Soeharto. Berbekal ponsel Soeharto, warga tersebut kemudian
melaporkan temuannya ke seorang sekuriti pergudangan, yang kemudian menelepon
putra-putri korban. “Kami langsung datang dan membawa bapak ke Puskesmas
Gedangan. Tapi karena lukanya sangat parah akhirnya dirujuk ke sini (RSUD Sidoarjo),”
jelasnya.
Akibat perbuatan pelaku, mantan perwira tinggi TNI AD itu
mengalami luka parah. Pukulan yang dilayangkan penjahat, yang diduga
menggunakan benda keras, memang tak menimbulkan luka luar. Namun, Soeharto
mengalami trauma berat di bagian dalam tempurung kepalanya.
“Bapak dinyatakan mengalami gegar otak berat. Sejak
ditemukan sampai sekarang (sudah dua hari), bapak masih belum siuman. Tim
dokter juga belum berani mengambil tindakan apa-apa. Semoga tidak terjadi
apa-apa,” harapnya.
Elly yang didampingi adik bungsunya Eris Sutanto, kembali
bercerita, peristiwa itu terjadi usai Soeharto mengantar dua anak dari adik
keduanya yang tinggal di Perum Jaya Maspion, Gedangan, yang hanya berbatasan
sungai dengan kawasan pergudangan Benteng Tunggal. Sebelumnya, Soeharto tinggal
di kawasan Sekardangan, Sidoarjo.
“Bapak tinggal di rumah adik saya di Perum Jaya Maspion
sekitar lima bulan lalu, karena perumahannya masih sepi. Apalagi, dua keponakan
saya yang bersekolah di Desa Wage juga tidak ada yang mengantar,” paparnya.
Dua cucu Soeharto, yaitu Desta dan Dimas, bersekolah di SD
Muhammadiyah 3 Desa Wage Kecamatan Taman. Untuk menuju Wage yang berjarak
sekitar tiga kilometer, Soeharto harus melalui jalan tuang di Desa Bohar. Sebab
kalau harus lewat luar atau Jalan Raya Gedangan, harus berputar sangat jauh.
“Makanya kalau mengantar Bapak tak pernah pakai helm, karena
hanya lewat jalan-jalan desa,” imbuhnya.
Namun, diduga rutinitas Soeharto sudah dipelajari penjahat
sehingga Senin (30/9/2013) kemarin, ia tak menyadari tengah diincar hingga
kemudian dieksekusi. Elly berharap, polisi mampu mengungkap insiden tersebut
dan menangkap pelakunya.
“Yang saya tidak habis pikir, saat masih menjabat Dandim
dulu Bapak pernah melepas dua penjahat yang tertangkap dan dihakimi warga. Tapi
malah Bapak sendiri sekarang yang diperlakukan jahat oleh penjahat,”
punkgasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar