Selamat Datang di EXPOSE PACITAN dan Perbaharui Informasi Terbaru Untuk Anda di Sini, Terima Kasih Telah Berkunjung Semoga Bermanfaat

Kamis, 26 September 2013

Industri Batik Tulis Pacitan Berkembang Jadi 12 Sentra Produksi

Pacitan – Industri kecil batik tulis Pacitan, Jawa Timur, selama beberapa tahun terakhir berkembang menjadi 12 sentra produksi, menyusul besarnya peluang usaha tersebut melalui penciptaan motif modern.

Sedangkan omzet yang dibukukan para perajin batik tulis di kabupaten tersebut tahun ini diperkirakan mencapai Rp10 miliar, setelah pada 2011 terealisasi omzet Rp8,1 miliar dengan wilayah pemasaran di Pulau Jawa dan Bali.
Kepala Seksi Usaha Mikro Kecil Menengah Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Pacitan Susanto kegiatan pembatikan di wilayah tersebut telah digeluti para perajin sejak puluhan tahun lalu, dan semakin berkembang seiring populernya kain batik.

Menurut dia, pihak Diskoperindag telah melakukan pelatihan teknis pembatikan (pewarnaan maupun penciptaan motif baru) serta fasilitasi pameran di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Langkah tersebut dimaksudkan meningkatkan akses pemasaran.

“Jumlah perajin batik di wilayah kami terus bertambah dan kini terbentuk 12 sentra produksi di berbagai kecamatan. Pada 2011 usaha itu menyerap 366 tenaga kerja, tahun ini tentunya telah bertambah lagi,” ujarnya, Rabu (25/09 2013).

Berdasarkan data Diskoperindag Pacitan, omzet industri batik di wilayah tersebut pada 2011 mencapai Rp8,1 miliar melalui penjualan 28.400 potong kain batik. Sedangkan omzet tahun lalu belum terdata, tetapi diyakini naik terus dan tahun ini diperkirakan mencapai sekitar Rp10 miliar.
Harga jual batik tulis Pacitan berkisar Rp125.000 – Rp1,3 juta per potong, pemasarannya menjangkau Surabaya, Jakarta, Bali serta di Pacitan sendiri.

Menurut Samuri, produsen batik di Sentra Batik Sukoharjo, Kab. Pacitan, motif khas batik tulis Pacitan adalah buah mengkudu dipadukan dengan motif daun-daunan, kemudian dikreasikan berupa beberapa motif modern.

“Motif lama seperti sidoluhur, sidomukti, kawung, tidak diminati lagi oleh konsumen, maka kami menciptakan motif-motif baru dengan pewarnaan mencolok seperti parang pace, long ayu, lumbu-lumbu, terate dan lainnya,” ujarnya.


Sumber :Bisnis.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar