Remaja: Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangannya
Remaja itu sulit didefinisikan secara mutlak. Oleh karena
itu, dicoba untuk memahami remaja menurut berbagai sudut pandangan, antara lain
menurut hukum, perkembangan fisik, WHO, sosial psikologi, dan pengertian remaja
menurut pandangan masyarakat Indonesia.
1. Remaja Menurut Hukum
Dalam hubungan dengan hukum, tampaknya hanya undang-undang
perkawinan saja yang mengenal konsep “remaja” walaupun tidak secara terbuka.
Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16 tahun
untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 Undang-Undang No.1/1974 tentang
Perkawinan).
2. Remaja Ditinjau dari Sudut Perkembangan Fisik
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait,
remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin
manusia mencapai kematangannya. Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih
2 tahun dan biasanya dihitung mulai menstruasi (haid) pertama pada anak wanita
atau sejak anak pria mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada waktu
tidur) yang pertama kali. Khusus berkaitan dengan kematangan seksual merangsang
remaja untuk memperoleh kepuasan seksual. Hal ini dapat menimbulkan gejala
onani atau masturbasi. Kartini Kartono (1990: 217) memandang gejala onani ini
sebagai tindakan remaja yang negatif, karena gejala ini merupakan usaha untuk
mendapatkan kepuasan seksual yang semu (penodaan diri).
3. Batasan Remaja Menurut WHO
Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan
dimana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito, 1991: 9)
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito, 1991: 9)
4. Remaja Ditinjau dari Faktor Sosial Psikologis
Salah satu ciri remaja di samping tanda-tanda seksualnya
adalah: “Perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa”. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan
dari kondisi “entropy” ke kondisi “negen-tropy” (Sarlito, 1991: 11).
Entropy adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih
belum tersusun rapi. Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan
sebagainya), namun isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga
belum bisa berfungsi secara maksimal. Isi kesadaran masih saling bertentangan,
saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kerjanya dan menimbulkan
pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Negentropy adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun
dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap.
Orang
dalam keadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa
bertindak dengan tujuan yang jelas, ia tidak perlu dibimbing lagi untuk bisa
mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar