Selamat Datang di EXPOSE PACITAN dan Perbaharui Informasi Terbaru Untuk Anda di Sini, Terima Kasih Telah Berkunjung Semoga Bermanfaat

Jumat, 13 April 2012

Materi Psikologi Sastra


PSIKOLOGI SASTRA

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dengan belajar psikologi, seseorang mampu membaca atau mengkaji sisi-sisi kehidupan manusia dari segi yang bisa diamati.
Dalam psikologi ini dikenal juga tentang psikologi sastra, dimana sastra sendiri merupakan sebuah bidang kebudayaan manusia yang paling tua yang mendahului cabang-cabang kebudayaan lainnya (Mangunwijaya, 1986:3-7).
Sistem kerja psikologi sastra tidak sama seperti psikologi yang lainnya. Psikologi sastra lebih mengarah pada penelitian yang luas yang ditandai dengan penelitian terhadap reponden yang jumlahnya terbatas.

Konsep Psikilogi Sastra
Ada beberapa tokoh psikologi mengungkapkan konsep psikologi sastra sebagai berikut : 

1. Sigmund Freud
Dia menyatakan bahwa dalam diri manusia ada 3 bagian :
ide,
ego dan
super-ego.
                Jika ketiganya bekerja secara wajar dan seimbang maka manusia akan memperlihatkanwatak yang wajar pula, namun jika ketiga unsur tersebut tidak bekerja secara seimbang, dan salah satunya lebih mendominasi, maka akan terjadilah peperangan dalam batin atau jiwa manusia, dengan gejala-gejala resah, gelisah, tertekan dan neurosis yang menghendaki adanya penyaluran.          

2. Mortimer Adler
Adler terkenal dengan sebutan ”inferiority complet” atau perasaan rendah diri. Teori tersebut memungkinkan Adler menyelami teks untuk mencari bentuk-bentuk pengganti kekurangan dalam diri, akan tetapi dalam penerapannya Adler tidak bisa mencapai kepuasan seperti kepuasan yang dicapai oleh Freud. 

3. Carl Gustaw Jung
Dia terkenal dengan teorinya tentang “Nirsadar social” bahwa yang demikian tersebut merupakan bentuk dari gejala sosial bukan individu penyair, penyair hanya mengungkapkan apa yang terjadi dalam fenomena-fenomena sosial yang terjadi kemudian mengungkapkannya dalam bentuk karya sastra.

Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno Psyche dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti “ ilmu jiwa”. Jadi psikologi secara harafiah berarti “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli berkebangsaan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun 1530. 

Adapun pendapat dari tokoh-tokoh lain tentang psikologi yakni :

1. Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta aktivitas-aktivitas, dimana tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Jadi yang dipelajari bukanlah tingkah lakunya “an Sich” (Bimo Walgito, 1981). 

2. Menurut Siswantoro (2005:26)
Psikologi sebagai ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia terutama pada perilaku manusia (Human behavioristik or action). 

3. Berbicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak terlepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Hal ini dikatan oleh Teeuw (1991:62-64).

Sastra 
Secara kronologis : tulisan. Dilihat dari maknanya sastra adalah kegiatan yang kreatif sebuah karya sastra. Sastra merujuk A. Teeuw, berasal dari kata Sas (Sanksekerta) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Dengan akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi, secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku pengajaran yang baik. Secara etimologis, sastra diturunkan dari bahasa Latin (Litterature = huruf atau karya tulis). Istilah ini dipakai untuk menyebut tata bahasa dan puisi.
Kaum romantik, sebagaimana dikutip oleh Luxemburg dkk (1988), mengemukakan beberapa ciri sastra antara lain : 
Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama tama sebuah imifasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya.

 Sastra merupakan suatu luapan emosi yang spontan. Dalam puisi terungkapkan nafsu-nafsu kodrat yang bernyala-nyala, hakekat hidup dan alam.

 Menurut Jackobson sastra merupakan suatu yang bersifat otonom. Tidak mengacu pada sesuatu yang lain. Sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasannya di dalam karyanya sendiri.

 Menurut Coleridge sastra merupakan suatu yang otonom yang bercirikan suatu koherensi. Pengertian koherensi itu mengacu pada keselarasan yang mendalam antara bentuk atau ungkapan tertentu. 

Psikologi Sastra 
Psikologi sastra meliputi bidang penelitian yang luas. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan.
Istilah psikologi sastra mengandung empat kemungkinan pengertian :
1. Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi
2. Studi proses kreatif
3. Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.
4. Studi dampak sastra terhadap pembaca (psikologi pembaca).
Dari keempat pengertian di atas yang paling berkaitan dengan bidang sastra adalah pengertian ke-3, sedangkan pengertian nomor (1) dan (2) merupakan bagian dari psikologi seni. Studi tentang psikologi pengarang dan proses kreatif sering dipakai dalam pengajaran sastra, namun dalam penilaia sastra sebaiknya asal-usul dan proses penciptaan sastra tidak menjadi patokan untuk memberi penilaian. 

Kaitan antara Psikologi dan Sastra 
Menurut Robert Downs (1961:1949, dalam Abdul Rahman, (2003:1), bahwa psikologi itu sendiri bekerja pada suatu wilayah yang gelap, mistik dan yang paling peka terhadap bukti-bukti ilmiah.
Psikologi dalam karya sastra mempunyai kaitan yang tercakup dalam dua aspek yaitu : Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam aspek ekstrinsik berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor kepengarangan dan proses kreativitasnya. Sementara unsur intrinsik membicarakan tentang unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam karya sastra seperti unsur tema, perwatakan dan plot.

Psikososiosastra
Paradigma psikosastra adalah pola dasar penelitian. Pola penelitian psikososiosastra merupakan ilmu yang tidak berdiri sendiri. Istilah psikososiosastra memang masih sangat terdengar asing. Konsep ini sebenarnya untuk mewadahi penelitian psikososiosastra yang amat terpaksa mengaitkan dengan sosiologi sastra. Artinya, psikososiosastra pada gilirannya tidak bisa berdiri sendiri. Psikososiosastra adalah suatu interdisiplin sastra dan psikologi, namun memerlukan ilmu lain pula, yaitu sosiologi sastra dan bahkan tidak tertutup kemungkinan ilmu lain. Jika sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai hasil interaksi pengarang dengan masyarakat sebagai kesadaran kolektif psikososiosastra memandang sastra sebagai rekaman keistimewaan individu sebagai kesadaran personal.
Penelitian psikologisastra yang bergabung dengan sosiologi sastra, dapat disebut psikososiosastra. Interdisiplin antara psikologi sosiologi dan sastra dapat dibenarkan karena ketiga bidang ini sama-sama memperhatikan fenomena manusia.

Berbagai Psikologi Sastra yang Digunakan dalam Kajian Psikologi 
Adapun berbagai psikologi yang digunakan dalam kajian psikologi antara lain :
Pikologi Pengarang
a. Memori psikologi pengarang
b. Tipologi psikis pengarang
c. Psikobudaya pengarang

Psikologi Pembaca
a. Daya psikis keras dan lunak
b. Resepsi dan kebebasan tafsir psikologis
c. Tipologi psikis pembaca

Psikoanalisis Sastra
Salah satu cabang psikologi yang berkaitan erat dengan telaah sastra adalah psikoanalisis. Psikoanalisis mengemukakan teori tentang adanya dorongan bawah sadar yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Pelopor psikoanalisis adalah Sigmund Freud.
Prinsip-prinsip psikoanalisis adalah sebagai berikut :
1. Lapisan kejiwaan yang paling dalam (renda) adalah lapisan bawah sadar (Libido) atau daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan persaan-perasaan yang lain yang mendorong kesenangan dan kegairaan.
2. Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dalam kanak-kanak, banyak mempengaruhi sikap hidup dimasa dewasa, yang paling menonjol adalah ikatan kasih antara anak perempuan dan ayahnya dan anak laki-laki dengan ibunya.
3. Semua buah pikirn, mungki tidak berarti, masih tetap bila dihubungkan daerah bawah sadar.
4. Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar dengan keinginan-keinginan dari luar. 

2 komentar: