PACITAN - Tingginya harga membuat warga tergiur dan
ramai-ramai melepas tanahnya.
Praktis tinggal beberapa petak yang tersisa. Di antaranya
milik keluarga Mbak Ipat dan keluarga Winarto.
Keluarga Ipat mempertahankan sepetak tanah pemberian negara
di tepi pantai itu untuk membuka warung. Keluarga ini tidak mau menjual satu-satunya petak tanah
miliknya itu.
“Sudah banyak bule yang menawar. Tapi saya tidak akan
menjualnya. Kalau tanahnya saya jual saya tinggal di mana,” ujarnya.
Dengan berjualan es kelapa muda dan makanan lainnya, Mbak
Iput mengaku mendapatkan penghasilan yang lumayan. Terlebih setelah Pantai Watukarung banyak didatangi turis
asing yang main selancar.
Hal yang sama dilakukan keluarga Winarto, Bedanya keluarga
mempersilakan para bule untuk menyewa saja. Itupun dengan catatan, bangunan yang berdiri di atasnya
tidak permanen. Harapannya, tanah itu bisa tetap diwariskan ke anak cucunya
kelak.
Namun keinginan menyewakan itu belum kesampaian. Para warga asing menolak pola itu. Mereka mau membeli dan
memilikinya. Winarto sudah tidak bisa menghitung berapa kali, keluarganya
didatangi warga asing ataupun suruhannya untuk merayu dengan harga tinggi.
“Tapi kami tetap tidak menjualnya. Sekarang ini warga yang
telah menjual tanahnya, banyak yang menyesal. Tapi sudah telanjur tanahnya
dijual,” ujarnya.
Sumber: TribunNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar